Kamis, 06 Maret 2014

Bakat Alamiah

Ki Rekso jiwo terlahir memiliki bakat supranatural semenjak dalam kandungan,spiritual dari garis bapak maupun ibu,dari garis ibu eyang buyut dari tlatah boyolali dan pacitan yang kuat dalam spiritual dan agama sehingga disebut mbah kaji
dari garis bapak memiliki seorang eyang yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual yang cukup mumpuni,sehingga setiap hari antri didatangi tamu dari berbagai daerah,namun sudah menjadi takdirnya meninggal tersambar petir dipematang sawah,saat gerimis.

     Dari kecil memang sudah banyak keanehan yang terjadi namun hal tersebut dianggap hanya kebetulan,pada saat masih duduk dibangku sekolah dasar merupakan pembelajaran tentang alam dimana waktu itu tak ada RASA TAKUT akan binatang sekalipun itu berbisa,yang ada hanya penasaran
diawali dari keisengan bermain tanah,tak terduga ternyata didalam tanah yang dikorek korek terdapat laba laba yang memiliki bulu hitam yang lebat,didaerah menyebutnya binatang tersebut adalah katel.
bakat

     Perasaan aneh dan penasaran akhirnya ditangkaplah LABA LABA tersebut,tanpa diduga katel mengigit jari,sungguh luar biasa sakitnya sampai seluruh sendi dipukul balok kayu,rasa sakit yang luar biasa membuat meringis menahan dan hendak melaporkan pada ibu,namun anehnya kurang lebih 20langkah rasa sakit hilang begitu saja

Kemudian saat bersama teman teman yang usil bermain dikebun,keusilan anak anak melempari sarang tawon sebesar kepala yang mengantung didahan pohon,secara REFLEK rekso jiwo kecil lari menunduk memegangi kepala dan tersengat lebah dijarinya.
setelah terasa aman diamati jarinya yang tersengat lebah,tak ada bengkak,yang ada hanya benjolan kecil putih menyerupai nanah,mungkin itulah racun dari lebah yang tidak bisa menyebar ketubuh,sehingga mengumpul menjadi benjolan kecil.
kemudian dicarinya jarum untuk membikin lubang agar racun lebah keluar

     Selanjutnya pengalaman tersengat KALAJENGKING putih bersama adik,entah dari mana datangnya kalajengking tersebut,yang pasti saat itu adalah waktu mengajak adik yang masih balita naik sepeda,tau tau punggung terasa sakit disengat kalajengking dan sepontan mengibaskan tangan mengusir dan melempar sesuatu yang menyengat punggung,tanpa sengaja kalajengking terlempar mengenai tangan adik dan menyengatnya.

adikpun menangis sejadinya,dan disitulah awal dari pelajaran PENGOBATAN Bisa/racun secara outodidak.
mendengar adik menangis naluri timbul untuk meredakannya,secara spontan terucap"cup,tak obati dik,bismillah hirohman nirohim" tanpa ragu tangan yang disengat kalajengking dipegang dengantelapak tangan kemudian diusap.
sungguh ajaib,secara spontan adik diam dari tangisannya

     Kejadian demi kejadian dengan binatang berbisa membuat Ki Rekso kecil tak ada rasa takut untuk menangkap dan bermain dengan ular,sehingga diantara teman teman nya banyak yang menyebutnya PAWANG ULAR.namun pertumbuhan pola pikir yang membuatnya berfikir,saat ada orang tua bercerita kisah tentang pawang ular yang mati tergigit ular.kata kata pawang ular matinya ya dipatok ular,selalu terngiang ditelinga dan angan.sehingga memutuskan untuk tidak bermain dengan binatang yang berbahaya.
saat ini dan kemarin mungkin tuhan melindungi,bila tiba sial trus bagai mana,lebih baik kemampuan ini digunakan untuk mengobati orang yang sakit dan terkena bisa BERACUN
nomer whatshap 089666616661 Ki Rekso Jiwo


KEJAWEN menurut Ki rekso Jiwo

kejawen dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Kejawen tentu saja tidak memiliki kitab suci sebagaimana layaknya semua agama-agama yang ada. Karena Kejawen bukanlah agama melainkan pandangan hidup yang sudah turun temurun ribuan tahun, melalui proses asimilasi dan sinkretisme dengan nilai-nilai agama yang pernah ada di bumi nusantara. Kitab Suci Kejawen adalah hidup itu sendiri. Hidup yang meliputi jagad gumelar. Terdiri dari kehidupan sehari-hari, kesejati di dalam diri, dan apa yang ada di dalam lingkungan alam sekitarnya. Semua itu disebut sebagai kitab satra jendra. Cara membacanya bukan dengan ucapan lisan, melainkan dengan perangkat ngelmu titen yang berlangsung turun-temurun. Membaca kitab sastra jendra dengan menggunakan ngelmu titen, indera yang digunakan adalah indera keenam atau indera batin atau INTUISI. Keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam mengolah rahsa-pangrasa dan rasajati atau rahsa sejati.
Kejawen
Kejawen

2. Di samping nilai-nilai kearifan local yang adiluhung, Kejawen menjadikan nilai-nilai impor yang dinilai berkualitas sebagai bahan baku yang dapat diramu dengan nilai kearifan local. Keuntungannya justru terjadi proses penyempurnaan seperangkat nilai dalam pandangan hidup Jawa atau Kejawen. Jika definisikan, mistik kejawen merupakan hasil dari interaksi nilai-nilai kearifan local yang terjadi sejak zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme, dinamisme, dan monotesime hingga saat ini. Sikap terbuka, menghargai dan toleransi, serta dasar spiritual cinta kasih sayang membuat Kejawen mudah menerima anasir asing yang positif. Berbeda dengan nilai agama yang bersifat statis, kaku atau saklek dan anti-perubahan, nilai-nilai dalam FALSAFAH HIDUP Jawa bersifat fleksibel dan selalu berusaha mengolah nilai-nilai kebudayaan asing yang masuk ke nusantara misalnya Budha, Hindu, Islam, Kristen, dan sebagainya. Yang terjadi bukanlah kebangkrutan nilai-nilai falsafah Jawa itu sendiri, sebaliknya justru mengalami penyempurnaan seiring perjalanan waktu. Hingga terdapat anekdor, kalau nilai agama masuk sampai mendarah- daging, pandangan hidup Jawa bahkan mbalung-sungsum sehingga tidak pernah lapuk dan selalu eksis. Tidak hanya pada usia tua, bahkan masyarakat usia muda banyak pula yang diam-diam menghayati dan mengakui fleksibilitas dan kedalaman falsafah Kejawen. Seperti kekuatan misterius, terkadang semangat penghayatan dirasakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya seperti PANGGILAN JIWA.

3. Ritual, yang dilakukan oleh penghayat falsafah hidup Jawa. Walaupun latar belakang keagamaan masyarakat Jawa berbeda-beda, namun memiliki unsur kesamaan dalam tata laksana ritual Jawaisme. Bedanya hanyalah pada bahasa yang digunakan dalam doa atau mantra. Namun HAKEKAT dari ritual adalah sama saja yakni bertujuan untuk selamatan. Selamatan adalah tata laku untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Suci. Maka dalam ritual banyak terdapat ubo rampe, atau syarat-syarat SESAJI, di dalamnya banyak sekali mengandung maksud permohonan doa kepada Tuhan YME. Misalnya pada saat bulan Ruwah merupakan bulan arwah dilaksanakan acara selamatan nyadran. Bulan ruwah tepatnya satu bulan menjelang bulan puasa, hendaknya orang memuliakan para arwah leluhurnya, mendoakannya agar mendapat tempat yang mulia, luhur, dan suci. Dibuatlah ketan, kolak dan kue apem, berarti sedaya kalepatan nyuwun pangapunten. Mohon ampunan atas segala kesalahan semasa hidup. Apem berarti affuwwun, adalah lambang permohonan ampunan kepada Tuhan. Dilanjutkan acara nyekar atau ziarah dan gotong royong bersih-bersih serta merawat makam para leluhurnya sebagai wujud tindakan nyata rasa berbakti dan memuliakan pepundennya yakni para leluhurnya. Karena bagi masyarakat mistik Jawa, berbakti kepada orang tua, dilakukan tidak saja selama masih hidup, namun saat sudah meninggal dunia pun anak turun tetap harus berbakti padanya.sebagai lambang asal usul. Tidak ketinggalan pula acara bersih desa, sungai, hutan, sawah, ladang, sebagai bentuk kesadaran diri untuk selalu menghargai alam semesta sebagai anugrah terindah Tuhan yang Maha Pemurah.

4. Istilah ritual seringkali diartikan secara kurang proporsional, dianggap hanya sekedar menjadi basa-basi tradisi yang irasional. Kadang malah dianggap pula sebagai kegiatan buang-buang waktu, beaya dan tenaga alias mubazir. Secara ekstrim ritual dikonotasikan sebagai kegiatan yang melenceng dari kaidah atau norma agama. Tuduhan itu sangat menyakitkan, karena tentunya hanya terucap oleh orang-orang yang tidak mampu memahami apa makna yang sesungguhnya dari mistik dan ritual. Padahal, ritual adalah tata laku yang melekat tidak bisa dipisahkan dari setiap agama, ajaran, tradisi dan budaya manapun di dunia ini. Dalam Budhisme dan Hinduisme, Islam, Yahudi, Nasrani, Kong Huchu, Sakura, dan lain-lain, banyak sekali terdapat berbagai ritual keagamaan. Mulai dari peringatan hari besar keagamaan hingga berbentuk tradisi agama. Bahkan masyarakat modern, tradisi Barat, masyarakat akademik, masyakarat medik, semua memiliki ritual-rutual khusus yang dutujukan untuk meraih kesuksesan termasuk keselamatan. Dalam masyarakat Jawa ritual selamatan atau slametan menjadi main stream penghayatan perilaku MISTIK KEJAWEN. Di dalamnya terdapat simbol-simbol atau perlambang berupa sesaji, mantera, ubo rampe, syarat-syarat tertentu. Semua ubo rampe sesaji mengandung makna yang dalam. Adalah keliru besar mengartikan makna sesaji sebagai pakan setan. Bagi masyarakat Jawa sangat mengenal bahwa setan atau makhluk halus bukan untuk diberi makan, tetapi harus diperlakukan secara adil dan bijaksana karena disadari bahwa mereka semua adalah makhluk ciptaan Tuhan juga. Manusia lantas tidak boleh bersikap negatif dan destruktif dengan mentang-mentang, semena-mena, takabur, arogan atau sombong kepada MAHLUK HALUS. Karena sikap negatif itu hanya akan membuat manusia jatuh pada derajat yang hina. Itulah keluhuran pandangan hidup manusia yang sering dituduh sebagai masyarakat engan kesadaran primitif dan tidak masuk akal.
kejawen
Kejawen

5. Sesaji merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi baik secara vertikal maupun horisontal. Karena dasar dari mistik adalah tindakan nyata, sebagai konsekuensinya harus menghindari tabiat buruk tong kososng berbunyi nyaring, atau banyak mulut doang, tetapi enggan menghayati dalam perbuatan sehari-hari. Maka dalam berdoa pun tidak cukup diucapkan melalui mulut. Rasanya kurang afdhol atau kurang besar tekadnya dalam berdoa apabila tidak diwujudkan dalam berbagai simbol yang terdapat dalam sesaji. Misalnya; doa yang beragam hendaknya dilakukan secara tulus, suci, hati yang putih bersih tidak terpolusi nafsu duniawi, dan ditujukan hanya kepada Hyang Widhi atau Tuhan Yang Mahatunggal. Maka hal itu diwujudkan dalam bentuk tumpeng nasi putih berbentuk kerucut, besar di bawah, runcing di bagian atas. Bubur merah dan bubur putih dalam bancakan weton sebagai lambang ibu dan bapa. Hendaknya anak selalu ingat pada pengorbanan orang tua sejak ia di dalam kandungan ibu, lalu dilahirkan dan diasuh hingga dewasa dan mandiri. Bubur merah silang bubur putih, merupakan gambaran hubungan ibu dengan bapa diikat dengan tali cinta kasih yang tulus, sampai membuahkan anak sebagai anugrah buah cinta, dilambangkan dalam bubur baro-baro, yakni bubur putih ditumpangi parutan kelapa dan gula merah. Masih banyak lagi contoh yang dapat kita pelajari satu persatu maknanya secara esensial.Ilmu Kesaktian SejatiKesimpulan dari semua itu, Kejawen merupakan ilmu metafisika yang transenden dan bersifat terapan. Perilaku mistik merupakan upaya yang ditempuh manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Mendekatkan diri, atau upaya manunggal jati diri dengan kehendak Tuhan (sumarah). Sikap sumarah merupakan wujud dari sikap manembah kepada Tuhan YME. Sikap manembah inilah yang menjadi pedoman utama dalam menghayati mistik Kejawen. Muara dari perjalanan spiritual pelaku mistik Kejawen, tidak lain untuk menemukan lautan rahmat Tuhan, berupa manunggaling kawula kalawan Gusti, atau sifat roroning atunggil (dwi tunggal). Eneng ening untuk masuk ke alam sunya ruri. Meraih nibbana menggapai nirvana, jalan wushul menuju wahdatul wujud. Dengan pencapaian pamoring kawula-Gusti, akan menciptakan ketenangan batin sekalipun menghadapai situasi dan kondisi yang sangat gawat. Karena antara manusia sebagai mahluk dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta terjadi titik temu yang HARMONIS. Batin manusia selalu tersambung dengan getaran energi Tuhan, menjadi dasar atas segala tindakan yang dilakukannya. Atau disitilahkan sebagai sesotya manjing embanan, ing batin amengku lair. Sesotya adalah ungkapan yang mengandikan Tuhan bagaikan permata yang tiada taranya. Permata yang menyatu ke dalam embanan. Embanan sebagai ungkapan dari jasad manusia. Tuhan yang bersemayam di dalam batin (immanen), melimputi seluruh yang ada being di dunia ini. Jika manusia berhasil manembah, otomatis ia akan menjadi manusia yang sekti mandraguna. Kesaktian sejati, bukan berasal dari usaha yang instan hanya dengan rapal wirid semalam suntuk, atau membeli dengan mahar. Namun kesaktian itu diperoleh seseorang apabila berhasil menghayati sesotya manjing embanan, ing batin amengku lair. Seseorang selalu manembah dalam setiap perbuatannya. Cirikhas orang yang kesaktiannya berkat manembah (kesaktian sejati/ilmu putih) apabila perilaku dan perbuatan sehari-harinya selalu sinergis dengan sifating Gusti; Welas tanpa alis (kebaikan tanpa pamrih jasad/nafsu/duniawi), tidak menyakiti hati, tidak mencelakai, dan merugikan orang lain. Dilakukan dalam kurun waktu lama, tidak angin-anginan atau plin-plan, dilakukan secara konsisten, teguh, dan penuh ketulusan serta kasih sayang tanpa pilih kasih

MENJADI LEBIH BAIK,PEDOMAN LUHUR DISATUKAN DENGAN AGAMA,SEHINGGA TIDAK TERJADI PERSIMPANGAN.
nomer whatshap 089666616661 Ki Rekso Jiwo