Ki Rekso jiwo terlahir memiliki bakat supranatural semenjak dalam kandungan,spiritual dari garis bapak maupun ibu,dari garis ibu eyang buyut dari tlatah boyolali dan pacitan yang kuat dalam spiritual dan agama sehingga disebut mbah kaji
dari garis bapak memiliki seorang eyang yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual yang cukup mumpuni,sehingga setiap hari antri didatangi tamu dari berbagai daerah,namun sudah menjadi takdirnya meninggal tersambar petir dipematang sawah,saat gerimis.
Dari kecil memang sudah banyak keanehan yang terjadi namun hal tersebut dianggap hanya kebetulan,pada saat masih duduk dibangku sekolah dasar merupakan pembelajaran tentang alam dimana waktu itu tak ada RASA TAKUT akan binatang sekalipun itu berbisa,yang ada hanya penasaran
diawali dari keisengan bermain tanah,tak terduga ternyata didalam tanah yang dikorek korek terdapat laba laba yang memiliki bulu hitam yang lebat,didaerah menyebutnya binatang tersebut adalah katel.
bakat
Perasaan aneh dan penasaran akhirnya ditangkaplah LABA LABA tersebut,tanpa diduga katel mengigit jari,sungguh luar biasa sakitnya sampai seluruh sendi dipukul balok kayu,rasa sakit yang luar biasa membuat meringis menahan dan hendak melaporkan pada ibu,namun anehnya kurang lebih 20langkah rasa sakit hilang begitu saja
Kemudian saat bersama teman teman yang usil bermain dikebun,keusilan anak anak melempari sarang tawon sebesar kepala yang mengantung didahan pohon,secara REFLEK rekso jiwo kecil lari menunduk memegangi kepala dan tersengat lebah dijarinya.
setelah terasa aman diamati jarinya yang tersengat lebah,tak ada bengkak,yang ada hanya benjolan kecil putih menyerupai nanah,mungkin itulah racun dari lebah yang tidak bisa menyebar ketubuh,sehingga mengumpul menjadi benjolan kecil.
kemudian dicarinya jarum untuk membikin lubang agar racun lebah keluar
Selanjutnya pengalaman tersengat KALAJENGKING putih bersama adik,entah dari mana datangnya kalajengking tersebut,yang pasti saat itu adalah waktu mengajak adik yang masih balita naik sepeda,tau tau punggung terasa sakit disengat kalajengking dan sepontan mengibaskan tangan mengusir dan melempar sesuatu yang menyengat punggung,tanpa sengaja kalajengking terlempar mengenai tangan adik dan menyengatnya.
adikpun menangis sejadinya,dan disitulah awal dari pelajaran PENGOBATAN Bisa/racun secara outodidak.
mendengar adik menangis naluri timbul untuk meredakannya,secara spontan terucap"cup,tak obati dik,bismillah hirohman nirohim" tanpa ragu tangan yang disengat kalajengking dipegang dengantelapak tangan kemudian diusap.
sungguh ajaib,secara spontan adik diam dari tangisannya
Kejadian demi kejadian dengan binatang berbisa membuat Ki Rekso kecil tak ada rasa takut untuk menangkap dan bermain dengan ular,sehingga diantara teman teman nya banyak yang menyebutnya PAWANG ULAR.namun pertumbuhan pola pikir yang membuatnya berfikir,saat ada orang tua bercerita kisah tentang pawang ular yang mati tergigit ular.kata kata pawang ular matinya ya dipatok ular,selalu terngiang ditelinga dan angan.sehingga memutuskan untuk tidak bermain dengan binatang yang berbahaya.
saat ini dan kemarin mungkin tuhan melindungi,bila tiba sial trus bagai mana,lebih baik kemampuan ini digunakan untuk mengobati orang yang sakit dan terkena bisa BERACUN
nomer whatshap 089666616661 Ki Rekso Jiwo
1. Kejawen tentu saja tidak memiliki kitab suci sebagaimana layaknya
semua agama-agama yang ada. Karena Kejawen bukanlah agama melainkan
pandangan hidup yang sudah turun temurun ribuan tahun, melalui proses
asimilasi dan sinkretisme dengan nilai-nilai agama yang pernah ada di
bumi nusantara. Kitab Suci Kejawen adalah hidup itu sendiri. Hidup yang
meliputi jagad gumelar. Terdiri dari kehidupan sehari-hari, kesejati
di dalam diri, dan apa yang ada di dalam lingkungan alam sekitarnya.
Semua itu disebut sebagai kitab satra jendra. Cara membacanya bukan
dengan ucapan lisan, melainkan dengan perangkat ngelmu titen yang
berlangsung turun-temurun. Membaca kitab sastra jendra dengan
menggunakan ngelmu titen, indera yang digunakan adalah indera keenam atau indera batin atau INTUISI. Keberhasilannya ditentukan oleh
kemampuan seseorang dalam mengolah rahsa-pangrasa dan rasajati atau
rahsa sejati.
Kejawen
2. Di samping nilai-nilai kearifan local yang adiluhung,
Kejawen menjadikan nilai-nilai impor yang dinilai berkualitas sebagai
bahan baku yang dapat diramu dengan nilai kearifan local. Keuntungannya
justru terjadi proses penyempurnaan seperangkat nilai dalam pandangan
hidup Jawa atau Kejawen. Jika definisikan, mistik kejawen merupakan
hasil dari interaksi nilai-nilai kearifan local yang terjadi sejak
zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme, dinamisme, dan
monotesime hingga saat ini. Sikap terbuka, menghargai dan toleransi,
serta dasar spiritual cinta kasih sayang membuat Kejawen mudah menerima
anasir asing yang positif. Berbeda dengan nilai agama yang bersifat
statis, kaku atau saklek dan anti-perubahan, nilai-nilai dalam FALSAFAH HIDUP Jawa bersifat fleksibel dan selalu berusaha mengolah
nilai-nilai kebudayaan asing yang masuk ke nusantara misalnya Budha,
Hindu, Islam, Kristen, dan sebagainya. Yang terjadi bukanlah
kebangkrutan nilai-nilai falsafah Jawa itu sendiri, sebaliknya justru
mengalami penyempurnaan seiring perjalanan waktu. Hingga terdapat
anekdor, kalau nilai agama masuk sampai mendarah- daging, pandangan
hidup Jawa bahkan mbalung-sungsum sehingga tidak pernah lapuk dan
selalu eksis. Tidak hanya pada usia tua, bahkan masyarakat usia muda
banyak pula yang diam-diam menghayati dan mengakui fleksibilitas dan
kedalaman falsafah Kejawen. Seperti kekuatan misterius, terkadang
semangat penghayatan dirasakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya
seperti PANGGILAN JIWA.
3. Ritual, yang dilakukan oleh penghayat
falsafah hidup Jawa. Walaupun latar belakang keagamaan masyarakat Jawa
berbeda-beda, namun memiliki unsur kesamaan dalam tata laksana ritual
Jawaisme. Bedanya hanyalah pada bahasa yang digunakan dalam doa atau
mantra. Namun HAKEKAT dari ritual adalah sama saja yakni bertujuan
untuk selamatan. Selamatan adalah tata laku untuk memohon keselamatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai upaya mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Suci. Maka dalam ritual banyak terdapat ubo rampe,
atau syarat-syarat SESAJI, di dalamnya banyak sekali mengandung maksud
permohonan doa kepada Tuhan YME. Misalnya pada saat bulan Ruwah
merupakan bulan arwah dilaksanakan acara selamatan nyadran. Bulan ruwah
tepatnya satu bulan menjelang bulan puasa, hendaknya orang memuliakan
para arwah leluhurnya, mendoakannya agar mendapat tempat yang mulia,
luhur, dan suci. Dibuatlah ketan, kolak dan kue apem, berarti sedaya
kalepatan nyuwun pangapunten. Mohon ampunan atas segala kesalahan
semasa hidup. Apem berarti affuwwun, adalah lambang permohonan ampunan
kepada Tuhan. Dilanjutkan acara nyekar atau ziarah dan gotong royong
bersih-bersih serta merawat makam para leluhurnya sebagai wujud
tindakan nyata rasa berbakti dan memuliakan pepundennya yakni para
leluhurnya. Karena bagi masyarakat mistik Jawa, berbakti kepada orang
tua, dilakukan tidak saja selama masih hidup, namun saat sudah
meninggal dunia pun anak turun tetap harus berbakti padanya.sebagai lambang asal usul. Tidak
ketinggalan pula acara bersih desa, sungai, hutan, sawah, ladang,
sebagai bentuk kesadaran diri untuk selalu menghargai alam semesta
sebagai anugrah terindah Tuhan yang Maha Pemurah.
4. Istilah ritual
seringkali diartikan secara kurang proporsional, dianggap hanya
sekedar menjadi basa-basi tradisi yang irasional. Kadang malah
dianggap pula sebagai kegiatan buang-buang waktu, beaya dan tenaga
alias mubazir. Secara ekstrim ritual dikonotasikan sebagai kegiatan
yang melenceng dari kaidah atau norma agama. Tuduhan itu sangat
menyakitkan, karena tentunya hanya terucap oleh orang-orang yang tidak
mampu memahami apa makna yang sesungguhnya dari mistik dan ritual.
Padahal, ritual adalah tata laku yang melekat tidak bisa dipisahkan
dari setiap agama, ajaran, tradisi dan budaya manapun di dunia ini.
Dalam Budhisme dan Hinduisme, Islam, Yahudi, Nasrani, Kong Huchu,
Sakura, dan lain-lain, banyak sekali terdapat berbagai ritual
keagamaan. Mulai dari peringatan hari besar keagamaan hingga berbentuk
tradisi agama. Bahkan masyarakat modern, tradisi Barat, masyarakat
akademik, masyakarat medik, semua memiliki ritual-rutual khusus yang
dutujukan untuk meraih kesuksesan termasuk keselamatan. Dalam
masyarakat Jawa ritual selamatan atau slametan menjadi main stream
penghayatan perilaku MISTIK KEJAWEN. Di dalamnya terdapat simbol-simbol
atau perlambang berupa sesaji, mantera, ubo rampe, syarat-syarat
tertentu. Semua ubo rampe sesaji mengandung makna yang dalam. Adalah
keliru besar mengartikan makna sesaji sebagai pakan setan. Bagi
masyarakat Jawa sangat mengenal bahwa setan atau makhluk halus bukan
untuk diberi makan, tetapi harus diperlakukan secara adil dan bijaksana
karena disadari bahwa mereka semua adalah makhluk ciptaan Tuhan juga.
Manusia lantas tidak boleh bersikap negatif dan destruktif dengan
mentang-mentang, semena-mena, takabur, arogan atau sombong kepada MAHLUK HALUS. Karena sikap negatif itu hanya akan membuat manusia
jatuh pada derajat yang hina. Itulah keluhuran pandangan hidup manusia
yang sering dituduh sebagai masyarakat engan kesadaran primitif dan
tidak masuk akal.
Kejawen
5. Sesaji merupakan bahasa yang digunakan sebagai
alat komunikasi baik secara vertikal maupun horisontal. Karena dasar
dari mistik adalah tindakan nyata, sebagai konsekuensinya harus
menghindari tabiat buruk tong kososng berbunyi nyaring, atau banyak
mulut doang, tetapi enggan menghayati dalam perbuatan sehari-hari. Maka
dalam berdoa pun tidak cukup diucapkan melalui mulut. Rasanya kurang
afdhol atau kurang besar tekadnya dalam berdoa apabila tidak
diwujudkan dalam berbagai simbol yang terdapat dalam sesaji. Misalnya;
doa yang beragam hendaknya dilakukan secara tulus, suci, hati yang
putih bersih tidak terpolusi nafsu duniawi, dan ditujukan hanya kepada
Hyang Widhi atau Tuhan Yang Mahatunggal. Maka hal itu diwujudkan
dalam bentuk tumpeng nasi putih berbentuk kerucut, besar di bawah,
runcing di bagian atas. Bubur merah dan bubur putih dalam bancakan
weton sebagai lambang ibu dan bapa. Hendaknya anak selalu ingat pada
pengorbanan orang tua sejak ia di dalam kandungan ibu, lalu dilahirkan
dan diasuh hingga dewasa dan mandiri. Bubur merah silang bubur putih,
merupakan gambaran hubungan ibu dengan bapa diikat dengan tali cinta
kasih yang tulus, sampai membuahkan anak sebagai anugrah buah cinta,
dilambangkan dalam bubur baro-baro, yakni bubur putih ditumpangi
parutan kelapa dan gula merah. Masih banyak lagi contoh yang dapat
kita pelajari satu persatu maknanya secara esensial.Ilmu Kesaktian
SejatiKesimpulan dari semua itu, Kejawen merupakan ilmu metafisika
yang transenden dan bersifat terapan. Perilaku mistik merupakan upaya
yang ditempuh manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Mendekatkan diri, atau upaya manunggal jati diri dengan kehendak Tuhan
(sumarah). Sikap sumarah merupakan wujud dari sikap manembah kepada
Tuhan YME. Sikap manembah inilah yang menjadi pedoman utama dalam
menghayati mistik Kejawen. Muara dari perjalanan spiritual pelaku
mistik Kejawen, tidak lain untuk menemukan lautan rahmat Tuhan, berupa
manunggaling kawula kalawan Gusti, atau sifat roroning atunggil (dwi
tunggal). Eneng ening untuk masuk ke alam sunya ruri. Meraih nibbana
menggapai nirvana, jalan wushul menuju wahdatul wujud. Dengan
pencapaian pamoring kawula-Gusti, akan menciptakan ketenangan batin
sekalipun menghadapai situasi dan kondisi yang sangat gawat. Karena
antara manusia sebagai mahluk dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta
terjadi titik temu yang HARMONIS. Batin manusia selalu tersambung
dengan getaran energi Tuhan, menjadi dasar atas segala tindakan yang
dilakukannya. Atau disitilahkan sebagai sesotya manjing embanan, ing
batin amengku lair. Sesotya adalah ungkapan yang mengandikan Tuhan
bagaikan permata yang tiada taranya. Permata yang menyatu ke dalam
embanan. Embanan sebagai ungkapan dari jasad manusia. Tuhan yang
bersemayam di dalam batin (immanen), melimputi seluruh yang ada being
di dunia ini. Jika manusia berhasil manembah, otomatis ia akan menjadi
manusia yang sekti mandraguna. Kesaktian sejati, bukan berasal dari
usaha yang instan hanya dengan rapal wirid semalam suntuk, atau
membeli dengan mahar. Namun kesaktian itu diperoleh seseorang apabila
berhasil menghayati sesotya manjing embanan, ing batin amengku lair.
Seseorang selalu manembah dalam setiap perbuatannya. Cirikhas orang
yang kesaktiannya berkat manembah (kesaktian sejati/ilmu putih)
apabila perilaku dan perbuatan sehari-harinya selalu sinergis dengan
sifating Gusti; Welas tanpa alis (kebaikan tanpa pamrih
jasad/nafsu/duniawi), tidak menyakiti hati, tidak mencelakai, dan
merugikan orang lain. Dilakukan dalam kurun waktu lama, tidak
angin-anginan atau plin-plan, dilakukan secara konsisten, teguh, dan
penuh ketulusan serta kasih sayang tanpa pilih kasih
MENJADI LEBIH BAIK,PEDOMAN LUHUR DISATUKAN DENGAN AGAMA,SEHINGGA TIDAK TERJADI PERSIMPANGAN.
nomer whatshap 089666616661 Ki Rekso Jiwo